Senin, 26 Mei 2014

Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi ( KPHP ) Lalan Mangsang Mendis


KPHP LALAN



KONDISI UMUM


a.      Letak dan Luas
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit III Lalan Mangsang Mendis (LMM) terdiri dari 2 (dua) kelompok hutan yaitu Hutan Produksi (HP) Lalan dan Hutan Produksi Mangsang Mendis. Letak HP Lalan secara geografis berada  pada 01°42’ - 02°25’ LS dan 103°40’ - 104°28’ BT, sedangkan HP Mangsang Mendis berada pada 02°09’ - 02°25’ LS 103°51’ - 104°20’ BT.
Berdasarkan rancang bangun dan hasil tata batas yang dilakukan oleh BPKH Wilayah II Palembang tahun 2002 serta arahan pencadangan KPHP/KPHL Propinsi Sumatera Selatan dari Badan Planologi Departemen Kehutanan, luas KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis ± 279.094 ha, yang  merupakan gabungan dari 2 kawasan hutan produksi, yaitu HP Lalan seluas ± 210.434 ha dan HP Mangsang Mendis seluas ± 68.660 ha.  Menurut data yang berasal dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009, bahwa luas HP Lalan Mangsang Mendis adalah 377.340 ha yang terdiri dari HP Lalan 206.734 ha dan luas HP Mangsang Mendis adalah 170.570 ha. Berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan Nomor SK Menhut No. 789/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, luas KPHP Model Lalan adalah 265.953 ha.  Luasan ini juga sesuai dengan luasan yang tercantum pada lampiran Surat Keputusan Mentri Kehutanan Nomor SK. 76/MENHUT-II/2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam Administrasi kehutanan, KPHP LMM berada di bawah Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin. Secara administrasi pemerintahan, keseluruhan wilayah KPHP LMM masuk ke dalam wilayah Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yakni Kecamatan Bayung Lincir dan Kecamatan Lalan.

b.    Batas-Batas
Berdasarkan tata batas yang dilakukan mulai tahun 1987/1988, 1988/1989, 1993/1994 dan tahun 1994/1995, seluruh kawasan KPHP Lalan Mangsang Mendis telah ditata batas dan telah mencapai 100% (temu gelang). Panjang tata batas adalah 279,094 Km (BPKH Wil II Palembang, 2007). Pada bagian Utara, KPHP. LMM berbatasan langsung dengan Propinsi Jambi yang merupakan kawasan hutan produksi di lahan rawa gambut. Di bagian Timur, berbatasan dengan kawasan HP. Lalan Kabupaten Banyuasin yang telah dialokasikan untuk IUPHHK-HTI PT. Wahana Lestari Makmur Sukses. Di bagian Selatan berbatasan dengan suaka Margasatwa Bentayan, HPKv.S.Lilin dan APL serta di bagian Barat berbatasan dengan APL yang sudah menjadi kawasan pemukiman dan perkebunan. Di bagian tengah antara HP Lalan dan Mangsang Mendis, terdapat areal penggunaan lain (APL) yang telah dibebani ijin perkebunan dan lokasi pemukiman. 

c.    Bio Geo Fisik  
1)     Flora dan Fauna
Dari seluruh kawasan KPHP Unit III LMM, areal yang menyisakan keragaman flora dan fauna cukup tinggi adalah wilayah hutan rawa gambut Merang Kepayang, walaupun saat ini kondisinya sudah terganggu oleh aktivitas ilegal logging dan kebakaran hutan. Berdasarkan hasil penelitian tim Project MRPP GIZ-Indonesia tahun 2011, dari 30 petak ukur tercatat sejumlah 1.629 individu yang terhimpun dalam 84 jenis dan 25 famili.  Dari jenis-jenis tersebut terdapat jenis yang keberadaannya melimpah yakni jenis ribu-ribu, tembesu, gelam dan balam. Tembesu dan gelam merupakan jenis pionir yang merupakan jenis sekunder dan banyak tumbuh pada lahan gambut yang telah rusak akibat kebakaran dan kedalaman gambut relatif dangkal.  Jenis-jenis yang mempunyai frekuensi kemunculannya tingi antara lain medang, balam, sigam, uya-uya, mahang dan durian. 
Fauna yang terdapat di wilayah KPHP Unit III LMM, banyak dijumpai di wilayah HRG Merang Kepayang meliputi berbagai Klas yaitu Mamalia baik mamalia teresterial maupun mamalia arboreal, reptilia, amphibi. Pada klas mamalia masih dijumpai Harimau Sumatera dan tapir.  Temuan ini dapat difahami mengingat bahwa areal peat dome berdekatan yang merupakan satu kesatuan ekosistim gambut dengan Taman Nasional Berbak Jambi.  Untuk klas reptilia, Sungai Merang  merupakan endemik buaya sinyulong.
2)     Jenis Tanah dan Geologis
Berdasarkan peta jenis tanah yang dikeluarkan oleh BPKH wilayah II Palembang, wilayah KPHP Lalan Mangsang Mendis memiliki beberapa klasafikasi jenis tanah antara lain Asosiasi glei humus dan organosol, Asosiasi podmerkum podcokum, Aluvium cokelat kelabu, Aluvial hidromorf, Aluvial kelabu muda, Hidromorf kelabu dan podsolik merah kuning.  Jenis tanah yang paling dominan adalah Asosiasi glei humus dan organosol kemudian Asosiasi podmerkum podcokum dan Aluvial hidromorf.
Jenis tanah di HP Lalan terdiri dari Asosiasi glei humus dan organosol, hidromorf kelabu dan bahan batuan berupa batuan Aluvial dengan fisiografi dataran. Pada HP Mangsang Mendis, jenis tanahnya digolongkan dalam Asosiasi glei humus dan organosol dan batuan berupa Aluvial dengan dataran. Jenis batuan di HP Lalan adalah Holosen, Plio-Plitosen, Sedimen Epiclastika. Di HP Mangsang Mendis, batuan yang ada terdiri dari Resen (aluvium), Holosen, Endapan Rawa (Dishut Prov. Sumsel, 2009).
Secara umum, karakteristik lahan di kawasan KPHP LMM dikelompokkan ke dalam 2 kategori besar yaitu lahan gambut yang mendominasi wilayah HP Lalan dan tipe daratan yang mendominasi HP Mangsang Mendis. Jenis tanah aluvial mendominasi sepanjang pinggir sungai utama seperti S. Lalan. S. Merang dan S. Kepahiang. Lebih dari 50% kawasan KPHP LMM merupakan kubah gambut dengan kedalaman antara 10 cm – 450 cm. Menurut sistem klasifikasi tanah FAO, tanah gambut ini disebut histosol. Tanah gambut memiliki karakteristik antara lain rendahnya nilah pH tanah. ketersediaan unsur hara yang terbatas serta daya fiksasi terutama P yang tinggi dan mempengaruhi kesuburan lahan. Subsidensi atau penurunan permukaan lahan gambut dapat terjadi akibat adanya drainase atau pengeringan yang menyebabkan oksidasi. Oksidasi tersebut meningkatkan emisi gas rumah kaca ke dalam atmosfir. Selain itu pengeringan lahan gambut menyebabkan fungsi gambut sebagai penyimpan air menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena efek kering tak balik (irreversible drying) dari bahan organik gambut. Kering di musim kemarau juga meningkatkan kerawanan lahan gambut terhadap bahaya kebakaran.
Secara geologi, wilayah KPHP Lalan Mangsang Mendis terdiri dari kelompok sedimen epiclastica Tuf dan tuf pasiran, Aluvium - endapan danau dan pantai, Endapan rawa, Batu lumpu dan batu pasir, serta Batu pasir-Batu lumpur dan Batu bara. Tipe geologi yang mendominasi wilayah KPH tersebut adalah tipe geologi endapan rawa. Hal ini dikarenakan wilayah KPHP LMM lebih banyak yang merupakan lahan rawa gambut.
3)     Topografi
Secara keseluruhan topografi di HP Lalan Mangsang Mendis cenderung datar dengan ketinggian berkisar dari 2 – 10 m dpl. Khususnya di lahan gambut pada kawasan hutan produksi Lalan dengan kelerengan dibawah 3%. Kubah gambut di kawasan hutan produksi Lalan memiliki panjang slope lebih dari 500 meter. Beda tinggi antara puncak kubah gambut dengan pinggir sungai rata-rata mencapai 5 m. Sedangkan di kawasan hutan produksi Mangsang Mendis sebagian besar berada pada ketinggian 10 – 30 m dpl dengan kelerengan hingga 20%. Bentuk slope di wilayah ini cukup bergelombang degan panjang slope antara 100 – 500 meter.
4)     I k l i m 
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Oldeman, kawasan KPHP LMM termasuk kedalam zona agroklimat B1, dimana jumlah bulan basah (rata-rata bulanan lebih dari 200 mm) sebanyak 7-9 bulan per tahun dan hanya sekitar 2 bulan lembab dan tanpa bulan kering (di bawah 60 mm). Hal ini menyebabkan sebagian besar kawasan KPHP Lalan tidak akan mengalami kekeringan. Berdasarkan pemantauan stasiun cuaca Kecamatan Bayung Lencir selama periode 1994 – 2005. rata-rata curah hujan mencapai 2.409 mm per tahun. dengan rata-rata per bulan sebesar 200,75 mm. jumlah hari hujan bulanan berkisar antara 8 hari (bulan Juni) hingga 22 hari (bulan Desember).
Pola hujan di kawasan ini dapat dipilah menjadi dua musim. yaitu musim kemarau yang berlangsung selama bulan Mei – Oktober dan musim penghujan yang berlangsung selama bulan November – April. Walaupun secara rata-rata tidak memiliki bulan kering, kawasan ini juga mengalami kebakaran di lahan gambut. khususnya pada saat terjadi anomali iklim El-Nino pada tahun 1997, 2004 dan 2006. El-Nino merupakan kejadian iklim yang akan terulang kembali di masa mendatang dan menyebabkan dampak kekeringan yang cukup ekstrim khususnya di wilayah lahan gambut yang terdegradasi dan terdeforestasi.
5)     Hidrologi dan karakteristik DAS 
KPHP LMM merupakan wilayah DAS Lalan yang memiliki beberapa cabang sungai utama antara lain S. Medak, S. Merang dan S. Kepayang. Akibat perubahan tutupan hutan dan drainase yang buruk, lebar sungai-sungai tersebut menjadi lebih lebar dibandingkan 20 tahun silam. Perubahan sistem hidrologis tersebut juga disebabkan oleh aktifitas illegal logging, yang banyak menggali parit untuk mengeluarkan kayu tebangan. Sehingga menyebabkan percepatan pengeringan lahan gambut melalui pengaliran air simpanan dalam kubah gambut ke aliran sungai, sehingga meningkatkan debit sungai saat musim hujan.  Para penebang liar juga merubah sistem hidrologi dengan memperpanjang sungai kecil hingga berpuluh-puluh kilometer. Misalnya Sungai Tembesu Daro yang pada tahun 1990 awal hanya sepanjang sekitar 600 meter, dan saat ini mencapai lebih dari 14 km hingga menembus kubah gambut dalam.
Bila memperhatikan kondisi daerah aliran sungai (DAS) dalam kawasan KPHP LMM maka telah terjadi perubahan sistem hidrologis yang kurang baik.  Hal ini  terutama disebabkan oleh perubahan tutupan lahan yang kurang seimbang sebagai dampak dari pembukaan lahan besar-besaran untuk hutan tanaman, perambahan hutan, dan kebakaran hutan. Selain itu juga disebabkan oleh adanya aktivitas illegal logging yang banyak menggali parit untuk mengeluarkan kayu tebangan. Diperkirakan ke depan akan terus terjadi percepatan pengeringan lahan gambut melalui pengaliran air simpanan dalam kubah gambut ke aliran sungai pada musim kemarau dan sebaliknya akan meningkatkan debit sungai saat musim hujan. Untuk itu upaya pengendalian perambahan hutan, kebakaran hutan, dan illegal logging perlu menjadi salah satu prioritas yang perlu segera ditangani segera oleh KPHP LMM bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan seperti instansi kehutanan di segala tingkatan dan perusahaan serta pemerintah desa beserta masyarakat yang ada di sekitar kawasan. 

d.    Aksesibilitas  
Kawasan KPHP LMM memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi dan cukup mudah untuk dijangkau. Kawasan ini dapat ditempuh melalui jalur darat dan jalur air (sungai). Jalan darat yang dapat digunakan, selain menggunakan jalan propinsi dan jalan kabupaten, juga dapat menggunakan jalan-jalan yang dibangun dan/atau dipelihara oleh pihak-pihak perusahaan, seperti perusahaan kelapa sawit dan perusahaan pertambangan (migas dan batubara).  Jalan yang dibangun oleh pihak perusahaan pertambangan berada di kawasan HP Mangsang Mendis dengan kondisi jalan yang diperkeras dengan sirtu.  
Akses jalan sungai yang bisa di lalui dari Ibu Kota Provinsi menuju wilayah KPHP LMM adalah Sungai Musi kemudian masuk ke Sungai Lalan dan selanjutnya dapat masuk ke kawasan hutan melalui Sungai Merang ataupun Sungai Kepayang.
Akses jalan lalu lintas antar desa juga ada dua alternatif yaitu akses darat dan air.  Kondisi jalannnya bervariasi ada yang memakai perkerasan aspal, beton, namun ada juga yang masih memakai perkerasan tanah. Kondisi akses jalan antar desa diperinci pada tabel berikut.
Tabel  Kondisi Akses Jalan Antar Desa
No
Kecamatan / Desa
Lalu Lintas Antar Desa
Perkerasan Jalan
A.
Bayung Lencir
1.
Simpang Bayat
Darat
Aspal/Beton
2.
Senawar Jaya
Darat
Aspal/Beton
3.
Pulai Gading
Darat & Air
Tanah
4.
Muara Medak
Darat & Air
Tanah
5.
Mendis Jaya
Darat & Air
Tanah
6.
Mendis
Darat
Tanah
7.
Mekar Jaya
Darat
Aspal/Beton
8.
Kepayang
Darat & Air
Tanah
9.
Bayung Lencir
Darat & Air
Aspal/Beton
10.
Telang
Darat
Aspal/Beton
11.
Tampang Baru
Darat
Aspal/Beton
12.
Sindang Marga
Darat
Aspal/Beton
13.
Simpang Tungkal
Darat
Aspal/Beton
14.
Pandan Sari
Darat
Aspal/Beton
15.
Muara Merang
Darat & Air
Tanah
16.
Margo Mulyo
Darat
Aspal/Beton
17.
Kali Berau
Darat
Aspal/Beton
18.
Mangsang
Darat & Air
Tanah
B.        Lalan
1.
Sukajadi
Darat & Air
Aspal/Beton
2.
Suka Makmur
Darat & Air
Tanah
3.
Sri Gading
Darat & Air
Tanah
4.
Mandala Sari
Darat & Air
Aspal/Beton
5.
Jaya Agung
Darat & Air
Aspal/Beton
6.
Bumi Agung
Darat & Air
Tanah
7.
Bandar Agung
Darat & Air
Aspal/Beton
8.
Karang Agung
Darat & Air
Tanah

e.      Sejarah Kawasan 
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, banyaknya ijin perkebunan sampai tahun 2009 mencapai 14 perusahaan pemegang ijin perkebunan. Sejarah pemanfaatan kawasan hutan di Kabupaten Musi Banyuasin diawali dengan adanya kebijakan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di era tahun 70-an. Kawasan hutan produksi pada tahun itu dibagi habis untuk dikelola dengan managemen HPH yang orientasinyanya adalah kayu (timber estate). Kebijakan HPH pada saat itu diiringi dengan sistem silvikultur Tebang Pilih yang terhimpun dalam sistim Tebang Pilih Indonesia (TPI), yaitu melakukan penebangan dengan memperhatikan jatah tebang dan riap pertumbuhan hutan alam yang dilanjutkan dengan kegiatan pemeliharaan untuk mencapai kelestarian hasil.  Selanjutnya kebijakan TPI di lakukan perbaikan yang terstruktur dan terukur secara teknis dan waktu yaitu Tebang Pilih dan Tanam Indonesia (TPTI). Namun dalam implementasinya sulit sekali direalisasikan oleh pemilik ijin HPH, begitu juga monitoring dan evaluasi yang dilakukan Departemen Kehutanan beserta jajarannya saat itu juga tidak berjalan efektif, sehingga keadaan hutan secara cepat mengalami degradasi. Berdasarkan hal itulah sehingga di era tahun 2000 an banyak HPH yang disabut ijin operasionalnya.
Demikian pula halnya dengan kawasan HP. Lalan dan HP. Mangsang Mendis. Kawasan HP. Mangsang Mendis merupakan bekas konsesi HPH PT. Riwayat Musi Timber Estate (di bagian Utara), PT. Sylva A sekarang PT. BPUJ (di bagian Barat), PT. Bumi Raya Wood Timber yang kemudian menjadi PT. Kurnia Musi Plywood Industries (di bagian Barat – selatan) dan PT. Sukses Sumatera Timber (di bagian Timur- Selatan).

f.   Pembagian Blok 
Berdasarkan pembagian hutan menurut fungsi, keseluruhan wilayah hutan KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis merupakan fungsi hutan produksi, yang tergabung dalam kelompok HP Lalan dan HP Mangsang Mendis. Pada wilayah hutan tersebut kebanyakan sudah diberikan izin pengusahaan hutan berupa IUPHHK-HT, IUPHHK-HA, Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat dengan berbagai kondisi, ada yang aktif, ada yang non aktif dan ada yang sedang dalam proses usulan perizinan.  Atas dasar itu maka pembagian blok zona pada wilayah KPHP Unit III LMM akan di kelompokkan menjadi blok pemanfaatan pengusahaan Hutan Tanaman, blok pemanfaatan pengusahaan Hutan Alam, blok pemberdayaan masyarakat (HD dan HTR), blok jasa lingkungan (pengelolaan dengan sistem restorasi, stock carbon, dan areal konservasi gambut dalam) dan pengelolaan sebagai wilayah tertentu untuk wilayah-wilayah yang tidak berizin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar